Kamis, 04 November 2010

Pemuda dan sosialisasi.

Pemuda dapat diartikan secara sederhana sebagai berikut: orang-orang muda yang masih dalam tahap remaja. Biasanya rentang usianya antara 15-21 tahun. Pada masa remaja seperti umur yang sudah dituliskan sebelumnya, pemuda cenderung memiliki orientasi mendua. Disatu sisi dia mendapatkan pelajaran baik dari orang tua, guru maupun pemuka agama tentang ajaran-ajaran yang bersifat mendidik. Namun disatu sisi dia melihat kenyataan yang terjadi disekelilingnya. Kadang-kadang kenyataan yang terjadi tidak sama seperti yang diharapkan. Seringkali hal ini menyebabkan pemuda atau remaja pada umumnya berperilaku menyimpang. Hal ini sebenarnya adalah hak yang wajar, karena masa remaja adalah masa pencarian jati diri yang sebenarnya.


Dalam proses pencarian jati diri, sudah pasti akan menimbulkan rasa ingin tahu yang memacu pemuda untuk mengetahui hal yang belum diketahuinya. Nah, dalam hal inilah kadang-kadang terjadi hal yang tidak diinginkan. Misalnya saja, keingintahuan remaja tentang seks, terkadang tidak diimbangi kemampuan orang tua dalam mensosialisasikannya. Padahal pengenalan seks kepada anak adalah hal yang penting. Perkembangan teknologi ikut berperan dalam pertumbuhan remaja tersebut. Kita ambil contoh saja di Indonesia. Mungkin pada jaman sebelum era 90-an, televisi di Indonesia cuma ada satu, yaitu TVRI. Namun coba kita lihat sekarang. Tv untuk jaringan nasional saja sudah hampir 10-14 saluran. Itu belum termasuk jaringan tv lokal. Internet juga menjadi salah satu media yang paling mudah diakses. Kita tinggal ke warnet, atau bahkan dari telepon genggam pun sekarang sudah bisa. Bahkan berdasarkan harian Kompas, jumlah pengakses internet terbesar adalah dari ponsel. Betapa bebasnya informasi yang beredar sekarang. Kita dapat melihat situs-situs penelitian dari universitas yang letaknya nun jauh di seberang lautan. Bahkan kita juga bisa mencari teman yang lokasinya berbeda benua. Luar biasa bukan. Hal inilah yang kadang-kadang kurang disadari orang tua. sebagian orang tua menganggap bahwa anak-anak tidak boleh diberi iformasi yang sebebas-bebasnya. Namun ada juga orang tua yang sangat memberikan kebebasan sang anak dalam mencari sumber informasi di luar rumah, meskipun informasi yang beredar belum tentu semuanya benar.


Saya pernah melihat segerombolan anak SMP yang bermain kewarnet hanya untuk melihat gambar-gambar porno. Saya sempat menegur, namun tidak digubris. Tak jarang pula anak-anak yang masih berseragam sekolah bermain di warnet hingga larut malam. Pemuda adalah harapan bangsa. Sudah sewajarnya generasi pendahulu manaruh harapan yang besar kepada generasi penerusnya agar lebih baik.

Namun terkadang kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Seks bebas, narkoba dan perilaku membangkang kepada orang tua sekarang adalah hal yang wajar dewasa ini. Bahkan saya sempat terkejut pada saat menonton televisi. Ada sebuah stasiun televisi yang membuat tayangan tentang anak-anak yang melawan orang tuanya. Ada pula tayangan yang menayangkan tentang pertobatan anak-anak yang bandel dengan dimasukkan ke asrama militer untuk didik secara militer. Apakah segitu parah kah peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya?

Melalui momen sumpah pemuda yang baru saja dirayakan, saya disadarkan bahwa Indonesia dibangun berdasarkan hati dan keinginan para pemuda yang menginginkan suatu kemerdekaaan sejati yang dapat ditempuh dengan bebas dari penjajahan. Bahkan Bung Karno pernah berkata : "Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. beri aku satu anak muda, akan kuguncang dunia". Betapa seorang tokoh senior yag juga seorang pahlawan Proklamasi mengakui kekuatan hati para pemuda. Ditangan orang-orang mudalah bangsa ini bergantung. Saya juga bangga sebagai orang muda. Semoga dengan belajar yang rajin kami para pemuda dapat mempersembahkan yang terbaik bagi bangsa ini. Demikianlah tulisan saya, semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar